header coretan ibu kiya

AYAH

Posting Komentar
One Day One Post
Ayah

Ayah, Kau tahu apa yang kusuka?
Saat hari libur kerjamu tiba.
Menghabiskan waktu bersamamu menjadi hari terindah untukku.

Ibu pernah bercerita.
Masa kecilku begitu bahagia.
Kau hujani aku dengan cinta tak terhingga.
Kau luangkan waktu istirahatmu untuk bercanda denganku saat malam tiba.

Aku percaya, karena sayangmu begitu nyata.
Bagiku, engkau segalanya.

Engkau yang selalu menumbuhkan rasa percaya diriku, bahkan ketika aku benar-benar tak mampu.
Engkau selalu memelukku dengan nyaman, saat aku merasa ketakutan.
Engkau pula yang memberi penguatan saat aku terluka oleh amarah ibu dan celoteh teman.

Yang paling kuingat,
tak sekalipun kau biarkan aku bersedih.
Selalu ada cara untukmu membuatku tertawa.
Selalu ada cara untukmu menghapus luka.

Ayah, tahukah Engkau apa yang selalu kurindu?
Aroma tubuhmu yang selalu menenangkanku.
Tangan lembutmu saat membelai rambut, dan menyeka air mataku.
Tubuh kekarmu yang selalu sigap melindungiku.
Semua … semua tentangmu.

Ayah, kau ingat temanku kan?
Iya, si Rahma. Dia sering bercerita tentang ayahnya yang sudah tiada. Tapi dengan tertawa.
Ada juga temanku yang lain, yang terbiasa hidup tanpa kasih sayang orang tuanya.
Kadang aku heran, kenapa aku tak bisa jauh darimu seperti anak yang lainnya?

Seringkali tangisku pecah usai melepasmu pergi mencari nafkah.
Tak jarang gundah gulana datang tatkala cuaca ekstrem menyapa bumi, karena aku begitu takut Engkau akan terluka.
Meski Ibu selalu bilang, aku cukup mendoakan.
Namun, tetap saja aku tak bisa tenang saat kita berjauhan.

Kau tahu, Ayah?
Setiap kali mendengar detak jantungku, Ibu bertanya, “Apa bunyinya, Dek?”
Kujawab saja, “Ibu … ibu … ibu ….”
Walau sebenarnya namamu yang bergemuruh dalam tiap detaknya.
Aku hanya tak ingin membuatnya terluka.

Kadang, aku merasa kasihan pada Ibu. Karena cintaku yang berlebihan untukmu.

Pernah suatu ketika aku bertanya, “Ibu cemburu?”
Tapi ibu malah tertawa sambil berkata, “Tidak sayang. Teruslah dekat dengan Ayahmu. Nikmati bahagiamu. Jadikan Ayahmu sebagai satu-satunya pria yang kau percaya hingga kelak engkau telah dewasa. Percayalah, ia akan menggunakan segala upaya untuk menjaga dan membahagiakanmu sepenuh jiwa.”

“Kenapa Ibu tidak cemburu?” tanyaku penasaran.
“Karena Ibu tak pernah merasakan kebahagiaan seperti itu sejak dulu,” jawabnya sambil berderai air mata. Lalu berulangkali mendaratkan ciuman di keningku.
Nining Purwanti
Selamat datang di blog Ibu Kiya. Ibu pembelajar yang suka baca, kulineran, jalan-jalan, dan nonton drama Korea. Selamat menikmati kumpulan coretan ibu Kiya, semoga ada manfaat yang didapat ya. ��

Related Posts

Posting Komentar